Curhat Anonim & Butuh Tanggapan. Diasuh oleh Papah (nafkah, pendidikan, deeptalk) & Oma tuli (ortu dari mamah yang rutin masak khusus untuk Cucu). Papah 4 bersaudara & mamah anak tunggal. Saya memiliki adik perempuan introvert. Karakter mamah : 1. Mother Wound (motherless). 2. Toxic Mother. 3. Hoarding Disorder (Ibarat sampah adalah harta karun) --> Rumah kumuh di komplek. 4. Kerjaan Gosipin orang lain. 5. Pelit (Beli apapun yang penting murah, tidak peduli dengan kualitas). Ekonomi : Cukup baik...SD-SMA di sekolah swasta & kuliah di Binus. Dampak pengasuhan : anak lusuh di sekolahan yang bagus, sering diejek temen, menjadi korban bullying, tidak punya teman (kesepian), dikasih makanan murah meriah (misal bekel sekolah nasi yang mudah basi + 2 tempe atau nasi + 2 tahu atau mie instan) serta saya mendapatkan baju dari baksos ataupun dari lungsuran sepupu. Saat SMP saya mulai belajar mencuci baju sendiri. Privilege: Kuliah di tempat yang bagus + pernah les piano sampai grade 3. Saat SMA-kuliah pendapatan menjadi organis gereja katolik saya pakai untuk membeli kebutuhan standar saya (bahan makanan bergizi di pasar, membeli pakaian standar, serta untuk potong rambut). *dari kecil rambut saya dipotong oleh mamah. Saya merasa masa lalu & kini pun sudah hancur...Ditambah lagi saya mengidentifikasi diri saya LGBT. Saya sering berpikiran untuk Bunuh Diri. Saya dari kecil sdh terbiasa sendirian (sedih) & takut kalau jomblo di masa depan. Terkait LGBT, saya lebih membutuhkan seorang pria yang bisa melindungi diri saya. Saya ingin ke Jerman setelah kerja 2 tahun dengan cara bertahap : les bahasa jerman di Indo, au pair (les bahasa jerman di Jerman), Ausbildung (pendidikan vokasi + magang berupah), serta mungkin S2 Finance. Alasannya bertahap karena saya sendiri gagal fasih berbahasa inggris. Apabila mendapatkan pasangan LGBT di Jerman saya berjanji pada diri sendiri untuk menolong para LGBT di Indonesia & setelah itu ingin menolong masyarakat Indonesia di garis kemiskinan dengan pendidikan. Caranya : Berusaha mendapatkan rumah pertama KPR berupa rumah kost. Dari passive income saya ingin menolong orang lain. Saya berkeinginan 1-2 dari 10 kamar kost uangnya dipakai untuk para LGBT ke negara yg ramah LGBT serta ingin membuat perusahaan sociopreneur pendidikan vokasi video + magang bersertifikat yang terjangkau untuk masyarakat miskin naik kelas. Saya merasa beruntung lahir dari keluarga ekonomi atas walaupun saya berada di posisi bawah dalam kehidupan atas. Tambahan : Keluarga saya memiliki 3 rumah (2 rumah disewakan) + 2 tanah + 2 rumah warisan....saya rasa keluarga saya lebih menginvestasikan pada dana pensiun mereka daripada ngurusin tanggung jawab terhadap anak sampai proses perkawinan. Kedua oma (dari papah maupun dari mamah) sama2 setuju bahwa pola pengasuhan & karakter mamah itu buruk. Saya merasa buat apa mereka punya anak kalau tidak siap mengurus anaknya... Mohon tanggapannya..