Ada yang bilang; “HIMPUNAN rasa EO”, mungkin itu keresahan mahasiswa yang merasa bahwa himpunan lebih pro-kampus dadipada pro-mahasiswa, Himpunan adalah sejatinya wadah bagi mahasiswa, Menjadi pendengar bagi keresahan mahasiswa terkait perihal internal maupun external, namun bagaimana menjadi wadah kalau himpunan dibawah kendali kampus. Sangat banyak keresahan mahasiswa perihal kebijakan-kebijakan kampus yang terkesan sangat otoriter, Saya tahu sangat banyak anggota himpunan yang sangat progresif, yang mau peduli dengan keresahan mahasiswa, tapi belum juga terlaksana himpunan sudah mendapatkan ancaman freeze. Menuntut adanya pernyataan tertulis perihal kebebasan bersuara dan berekspresi. Organisasi mahasiswa yang tidak terikat dan tidak dibawah kendali langsung dengan kampus, yang ketua dan wakilnya dipilih langsung oleh mahasiswanya, Organisasi mahasiswa yang bisa menjadi penyambung lidah mahasiswa ke level rektorat. Dan juga pers mahasiswa yang independen, yang tidak menjadi mesin propaganda kampus. Mungkin ini hanya beberapa dari ratusan atau bahkan ribuan keresahan Binusian, Persoalan kebebasan akademik di kampus seakan menjadi hal yang biasa-biasa saja. Bentuk pembatasan, selalu diafirmasi menjadi tata tertib atau peraturan kampus yang sudah mutlak. Padahal, kampus yang seharusnya menjadi markas terakhir untuk bebas berkumpul, berekspresi dan perpendapat. Tanpa mengurangi rasa hormat; izinkan post ini hadir dengan kerinduan cinta puritan Binusian terhadap tatanan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur. Kiranya Kampus menjamin bahwa cinta terhadap hak kawan-kawan Binusian yang dijamin oleh konstitusi tetap digaungkan, dengan membuka ruang seluas-luasnya bagi kepastian hak menyampaikan pendapat dimuka umum bagi seluruh Binusian. Kau bisa memotong 1000 bunga tapi tidak bisa menghalangi musim semi.