Ngikutin sesi zoom khusus yang belum dapat tempat internship, salah satu dari bagian internship menjelaskan kepada yang host di salah satu breakout room bahwa sudah diberi pilihan intership melalui email tapi tidak ada yang mendaftar dengan nada sedikit kesal. Tolong, kami mahasiswa tidak mendaftar yang diberikan di email karena punya kondisi masing-masing. Entah itu ada yang lagi nunggu interview, ada yang lagi menunggu tahap selanjutnya, ada yang nunggu test a test b test c, ada yang menunggu persetujuan pengajuan diluar binus, bahkan ada yang belum dapat tempa sama kali dan dipanggil untuk interview. Kami mahasiswa pun juga frustasi dengan keadaan kami, anda kira kami tidak daftar yang berasal dari email berarti kami leha-leha santai, TIDAK. Mahasiswa sudah pusing soal mata kuliah yang tidak mengerti, belum ditambah ujian, berusaha mempertahankan agar tidak ngulang, belum masalah diluar akademik. EPC pun sulit dihubungi karena kesibukannya tidak hanya mengurusi soal internship + tidak menetap di satu tempat, hanya 95% di pusat sedangkan yang kesusahan ada di daerah lain dan hanya diwakilkan oleh orang kedua atau orang ketiga yang balasannya mereka pun juga bingung harus apa dan hanya menyampaikan silahkan ditunggu dan jangan lupa diurus. Kalau begitu kenapa milih binus? buat gengsi? Mahasiswa milih binus karena dikategorikan kampus bagus dan akan selalu dicari. Para keluarga mahasiswa rela sampai hutang demi bisa kuliah ditempat. Mahasiswa berjuang sekuat mungkin agar setidaknya lulus setiap semester tidak mengulang. Sebarapa banyak yang keluarganya hampir ribut selalu hanya karena masalah biaya kuliah. Apakah anda tahu bagaimana depresinya itu? Apkah kalian pernah menyadarinya? Jangan selalu mahasiswa yang disalahkan karena tidak berusaha. Anda hanya melihat mereka disaat mereka sudah tidak kuat menahan apa yang diperjuangkan sekarang. Apakah kalian dengan menyebarkan melalui email begitu menyelesaikan masalah? tidak berbeda jauh seperti memberikan sumber daya ke seseorang tapi tidak memberitahukan cara mengelolanya. disaat dia mengatakan bahwa dia menggunakan sumber daya diambang batas karena suatu kesalahan, malah disalahkan karena tidak bisa mengelolanya dengan baik. jika diberitahu cara mengelolanya, memang masih ada peluang dia melakukan kesalahan tapi tidak akan sebesar saat tidak diberitahu dan tetap di jalan yang benar. Dewasa? Dewasa bukan berarti tanpa tuntunan, bukan berarti tidak harus di ajari. Mereka tetap harus ada yang memberitahukan cara agar tidak salah jalan. Kalian dihubungi saja sulit sekali di instagram tak direspon sudah hampir setahun. Jika kalian kekurangan orang, kenapa tidak merekrut lebih banyak orang untuk menghandle nya? Jika seperti ini, siapa yang tidak akan merasa kena jebakan kalimat promosi?